A.
Penyakit autoimun.
Misalnya pada lupus, artritis reumatoid dan
diabetes tipe 1. Setelah diinduksi oleh growth factor agar hematopoietic stem cell banyak
dilepaskan dari sumsum tulang ke darah tepi, hematopoietic stem cell
dikeluarkan dari dalam tubuh untuk dimurnikan dari sel imun matur. Lalu tubuh
diberi agen sitotoksik atau terapi radiasi untuk membunuh sel-sel imun matur
yang tidak mengenal self antigen (dianggap sebagai foreign antigen).
Setelah itu hematopoietic stem cell dimasukkan kembali ke tubuh, bersirkulasi dan bermigrasi ke sumsum
tulang untuk berdiferensiasi menjadi sel
imun matur sehingga sistem imun tubuh kembali seperti semula.
B.
Penyakit degeneratif.
Pada
penyakit degeneratif seperti stroke, penyakit Parkinson, penyakit
Alzheimer, terdapat beberapa kerusakan atau kematian sel-sel tertentu sehingga
bermanifestasi klinis sebagai suatu penyakit. Pada keadaan ini stem cell
setelah dimanipulasi dapat ditransplantasi ke dalam tubuh pasien agar stem
cell tersebut dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel organ tertentu yang
menggantikan sel-sel yang telah rusak atau mati akibat penyakit degeneratif.
C.
Penyakit keganasan.
Prinsip terapi stem cell pada keganasan sama dengan penyakit autoimun. Hematopoietic
stem cell yang diperoleh baik dari sumsum tulang atau darah tali pusat
telah lama dipakai dalam terapi leukemia dan penyakit darah lainnya.
Ada beberapa alasan mengapa stem cell
merupakan calon yang bagus dalam cell-based therapy:
1.
Stem cell tersebut dapat diperoleh dari pasien itu sendiri. Artinya
transplantasi dapat bersifat autolog sehingga menghindari potensi rejeksi.
Berbeda dengan transplantasi organ yang membutuhkan organ donor yang sesuai (match),
transplantasi stem cell dapat dilakukan tanpa organ donor yang sesuai.
2.
Mempunyai kapasitas
proliferasi yang besar sehingga dapat diperoleh sel dalam jumlah besar dari
sumber yang terbatas. Misalnya pada luka bakar luas, jaringan kulit yang
tersisa tidak cukup untuk menutupi lesi luka bakar yang luas. Dalam hal ini
terapi stem cell sangat berguna.
3. Mudah dimanipulasi untuk mengganti
gen yang sudah tidak berfungsi lagi melalui metode transfer gen. Hal ini telah
dijelaskan dalam penjelasan mengenai terapi gen di atas.
4.
Dapat bermigrasi ke
jaringan target dan dapat berintegrasi ke dalam jaringan dan berinteraksi
dengan jaringan sekitarnya.
0 komentar: