Dalam
tulisan ini, pembahasan bersifat singkat dan hanya membahas potensi stem
cell pada sebagian kecil penyakit.
Stem
Cell untuk Diabetes
Pada diabetes, terjadi kekurangan insulin atau kurangnya kepekaan
terhadap insulin. Dalam hal ini transplantasi sel pulau Langerhans diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan insulin. Pada awalnya, kira-kira 10 tahun yang lalu,
hanya 8% transplantasi sel pulau Langerhans yang berhasil. Hal ini terjadi
karena reaksi penolakannya besar sehingga diperlukan sejumlah besar steroid;
padahal makin besar steroid yang dibutuhkan, makin besar pula kebutuhan
metabolik pada sel penghasil insulin. Namun, baru-baru ini penelitian yang
dilakukan oleh James Shapiro dkk. di Kanada, berhasil membuat protokol
transplantasi sel pulau Langerhans dalam jumlah banyak dengan metode
imunosupresi yang berbeda dengan yang sebelumnya. Pada penelitian tersebut,
100% pasien yang diterapi transplantasi sel pulau Langerhans pankreas tidak
memerlukan injeksi insulin lagi dan gula darahnya tetap normal setahun setelah
transplantasi. Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan untuk diabetes ini
mengambil sumber stem cell dari kadaver, fetus, dan dari embryonic
stem cell. Selanjutnya, masih dibutuhkan penelitian untuk menemukan cara
membuat kondisi yang optimal dalam produksi insulin, sehingga dapat
menggantikan injeksi insulin secara permanen.
Stem
Cell untuk Skin Replacement
Dengan bertambahnya pengetahuan
mengenai stem cell, maka peneliti telah dapat membuat epidermis dari
keratinosit yang diperoleh dari folikel rambut yang dicabut. Hal ini
memungkinkan transplantasi epidermis autolog, sehingga menghindari masalah
penolakan. Pemakaian skin replacement ini bermanfaat dalam terapi ulkus
vena ataupun luka bakar.
Stem
Cell untuk Penyakit Parkinson
Pada penyakit Parkinson, didapatkan kematian neuron-neuron
nigra-striatal, yang merupakan neuron dopaminergik. Dopamin merupakan
neurotransmiter yang berperan dalam gerakan tubuh yang halus. Dengan
berkurangnya dopamin, maka pada penyakit Parkinson terjadi gejala-gejala
gangguan gerakan halus. Dalam hal ini transplantasi neuron dopamin diharapkan
dapat memperbaiki gejala penyakit Parkinson. Tahun 2001, dilakukan penelitian
dengan menggunakan jaringan mesensefalik embrio manusia yang mengandung
neuron-neuron dopamin. Jaringan tersebut ditransplantasikan ke dalam otak
penderita Parkinson berat dan dipantau dengan alat PET (Positron Emission
Tomography). Hasilnya setelah transplantasi terdapat perbaikan dalam
uji-uji standar untuk menilai penyakit Parkinson, peningkatan fungsi neuron
dopamin yang tampak pada pemeriksaan PET; perbaikan bermakna ini tampak pada
penderita yang lebih muda. Namun setelah 1 tahun, 15% dari pasien yang
ditransplantasi ini kambuh setelah dosis levodopa dikurangi atau dihentikan. Cermin
Dunia Kedokteran No. 153, 2006
0 komentar: